google translate

WELCOME

it's me... ^_^

BETRAYAL oleh AIN NISA

sedari saya mengenal hubungan pria-wanita,saya selalu menganggap berkhianat adalah dosa yang tak termaafkan.malah saya pernah dengan sadis membuat puisi yang sangat tajam sengaja untuk membuat sahabat saya yang berselingkuh merasa bersalah-karena ia sudah pacaran selama 3 tahun dan si perempuan sayang setengah mati padanya. namun ia berkhianat,dan saya merasa pantas untuk menghukumnya dengan cara yang terbaik yang saya tahu.
mungkin karena sulit bagi saya untuk mempercayai seseorang,maka jika saya sudah percaya dan yakin,lalu kepercayaan itu di salahgunakan,harga diri saya tidak bisa menerima. dan juga,masokisme yang sudah lama ada akan meradang lagi dengan kalimat,"kamu tidak cukup berharga untuk diperjuangkan."
saya berjanji,kalau saya sampai dikhianati,saya akan membuangnya seperti sampah dan tidak akan rujuk kembali.
namun di suatu saat dikehidupan saya,tepatnya di saat yang paling tidak di harapkan karena saya sangka saya sedang berhadapan dengan calon suami,pengkhianatan itu terjadi.padahal orang tua saya yang tadinya taksetuju,sudah berubah pikiran;keluarga juga sudah aware akan keberadaannya;dan ia sudah dipersilahkan untuk melamar.

I didn't see it coming

jujur,saya tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup setelah di khianati.saya tidak mempelajari teorinya dengan seksama.bahkan mungkin saya lebih menguasai teori 'jika saya di pukul suami' ketimbang 'dikhianati'. mungkin itu sebabnya saya tidak bisa bangun dari tempat tidur hari itu.sebab dikhianati adalah sebuah keadaan yang tidak terpikir akan pernah menimpa saya,karena sampai sekarang,saya belum pernah mengkhianati kekasih.saya tahu,tuhan adalah penguasa karma, ia berhak merubahnya kapan saja.
janji saya di masa sebelumnya pastilah berdasarkan hukum normatif semata,sebab menara gading kepercayaan itu tidak serta merta runtuh.hanya beberapa batu bata jatuh dari puncaknya.nurul,sahabat saya,dengan tegas menyarankan untuk segera meninggalkan pria ini.ia punya semua alasan rasional di dunia untuk meyakinkan saya bahwa itulah langkah yang terbaik.tapi saya masih mencari pembenaran untuk bertahan,bahwa,mungkin,den
gan saya sabar menunggu,ia akan sadar saya-lah yang terbaik. itulah satu ego untuk bertahan pada kemungkinan satu satunya.kemungkinan yang,saat itu nurul pasti sudah tahu,bahwa probabilitasnya Nol Besar!
kehancuran suatu hubungan,bukanlah kesalahan satu pihak.ada dua orang memberi dan menerima.maka jika satu orang memberikan feedback yang buruk,pasti ada yang salah dengan umpannya.itulah pelajaran pertama yang saya akui kebenarannya.
mahu tahu kesalahan saya dimana? ya,untuk tidak menghargai diri saya sendiri dengan melanjutkan hubungan dengannya dan mengabaikan banyak warning dari kepala dan teman teman.umpan yang saya berikan itu salah,bukan karena umpan itu sendiri,tapi karena tidak pas untuk si pasangan.dan saya,sekuat tenaga untuk mengadaptasikannya.
maka ketika saya marah,itu bukan hanya marah padanya karena sebagai pria,ia dengan mudah mengucapkan komitmen dan mengingkarinya,tapi juga marah kepada diri saya karena mau saja membela orang itu. yang padahal,alasan saya bersamanya adalah rasionalitas dan komitmen-oya,dan ego. dan yang semakin membakar amarah saya pada diri sendiri,adalah ternyata pengkhianatan ini tidak melukai saya sendiri,tapi juga kedua bapak dan ibu.
saya tidak akan pernah melupakan hari ketika ibu terduduk diam saat saya menjelaskan;saat ayah berhati-hati untuk tidak menyebut nama pria itu di depan saya;ketika adam,adik saya satu-satunya yang biasanya dingin,bertanya prihatin pada ibu,"Ain kenapa ya,Bu?" saya tidak akan pernah lupa,saat ibu yang biasanya mengomel berkali-kali mengiyakan saya yang meracau tengah malam dan menangis tanpa henti,sambil membelai rambut saya;lalu keesokannya berkali-kali menasehati dengan panik untuk TIDAK SEKALI-KALI berhubungan dengan pria itu lagi,atau bapak yang membelikan Pizza Hut di hari pertama saat saya sanggup masuk kantor.
pengkhianatan ini,lebih melukai mereka dari pada saya.saya paham mengapa kejadian ini ada dan i'll be fine pada waktunya.tapi yang mereka tahu,bahwa anak perempuan satu-satunya sudah disakiti orang dan mereka merasa bersalah karena tidak melindungi putrinya dengan baik.
belum lagi temam-teman yang langsung menghubungi, ketika tahu apa yang terjadi.menawarkan nasehat,saran,jeritan kaget(yang membantu,karena saya jadi yakin mereka peduli),hinaan pada pria itu,ataupun sekedar pelukan hangat.belum lagi sms-sms dukungan yang datang di hari-hari setelahnya.
itulah pertama kalinya saya mengerti,mahalnya sikap tidak menghargai diri sendiri.bukan hanya untuk saya semata,tapi juga para malaikat di sekeliling saya.
everything happens for a reason.begitulah teori fatalis yang di tawarkan banyak orang,dan saya menerimanya dengan sukarela karena kepercayaan yang tinggi pada the supreme power above mankind.
memang benar.mungkin adalah bencana jika memaksakan ketidakcocokan karakter kami.mungkin ini teguran atas sikap taklid memilih jodoh dan membutakan mata atas segala kekurangannnya. mungkin tuhan menakdirkan saya punya rumah tangga yang bahagia.mungkin saya akan menghabiskan seumur hidup saya merasa insecure karena terus merasa ia tidak cukup mencintai saya.mungkin saya akan melepaskan impian saya jadi penulis jika bersamanya.mungkin saya tak akan sadar,betapa sayangnya teman-teman pada saya tak akan pernah bisa mendiskusikan cerpen-cerpen dan isu agama yang sensitif bersama suami.mungkin saya tak akan bisa jujur sepenuhnya jika saya menikah dengannya.mungkin saya tak akan sekuat ini jika saya tak dkhianati dulu.mungkin saya tak akan pernah berdamai dengan diri saya sendiri,belajar memaafkan,bahwa saya pernah ingin memiliki seseorang yang tidak cukup baik and its ok.shit happens.
saya pun teringat kata kata ibu yang setia mengingatkan,"fainnamaal usri yusro,bersama kesulitan ada kemudahan.itu janji tuhan,In." ibu yang cantik dan baik hati,saya percaya.Allah sudah membuktikannya langsung pada saya.
lalu tanpa sadari,bahwa meski tidak akan melupakan kejadian ini,saya sudah memaafkan pria itu.bagi hidup versi saya,ia hanyalah satu fase yang harus dilalui untuk mendewasakan diri. bak ibu yang merias anak gadisnya,tuhan juga mempersiapkan saya untuk bertemu seorang guru hebat yang akan berbagi pelajaran-pelajaran lainnya.
guru hebat ini,menegur ramah bahwa cinta itu bukan haknya manusia sebab sifat cinta menuntut kesempurnaan. cinta itu hak-NYA yang Maha Sempuran.sesama manusia hanya punya hak saling berkasih sayang karena sifatnya yang tidak sempurna. seseorang yang menyambut gembira konsep dalam kepala,bahwa saya membutuhkan pasangan yang sesuai proporsi.
Dia-lah orang pertama yang mendukung pelajaran terpenting yang baru saja di dapat dari pengkhianatan ini,bahwa hati hanyalah untuk Allah SWT.untuk menikah ikhlas karena-Nya,ingin beribadah lebih dalam kepada-Nya.bukan karena ingin mengikat seorang pria.pun demikian,yang menambah keyakinan saya adalah bahwa ia paham mengapa ia ingin menikah, bukan sekedar membutakan mata mengikuti tren nikah muda dengan alibi sunnatullah.
sahabat saya yang sudah menikah,retno,pernah berbisik "jika pasangan lo orang yang takut sama Allah,dia nggak akan berani ngapa-ngapain lo." maka ketika orang ini mengatakan,dia ingin menikahi saya karena Allah,saya bahagia karena itulah persembahan terbaik dari rasa cinta sesama manusia.
ia datang pada saat yang tepat,saat di mana saya siap menerimanya.
kini semuanya sudah berlalu. badai sudah melepas saya dari cengkramannya.saya pun berpikir kembali mengenai sebuah pengkhianatan.tentu saja kini pengkhianatan terbukti juga bisa terjadi pada saya,namun yang terpenting,adalah bagaimana menghadapinya.
mungkin saya tak akan pernah melupakan kejadian ini,tapi paling tidak saya bisa belajar memaafkan.mungkin saya tidak akan pernah menghormati dirinya lagi,tapi paling tidak saya tetap bisa menjalin silahturahmi.mungkin saya tak akan menerima keputusannya secara logika,tapi paling tidak saya bisa menghormati keputusan itu sebagai pilihannya.
pengkhianatan tetaplah tidak akan pernah menjadi kondisi yang positif,karena niatnya saja sudah buruk.namun paling tidak kini saya tahu,ada cara menghadapinya,dan ada cara untuk keluar hidup-hidup dari jeratan traumanya.itu yang paling penting,ilmu yang paling berharga

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered By Blogger | Portal Design By Vikas bhardwaj's Blog